Minggu, 25 Desember 2011

fenomenologi eksistensialis (heidegger)

Pemikiran Heidegger tentang eksistensialisme sangat dipengaruhi oleh fenomenologi yang dikembangkan oleh gurunya, yaitu Edmund Husserl. Di dalam fenomenologi Husserl menekankan pada aspek “mind” di dalam diri subjek untuk menyingkap kebenaran terhadap objek, sedangkan pada fenomenologi Heidegger diperlukan kemauan dari objek agar subjek bisa menangkap kebenaran di dalam objek tersebut. Jadi bisa dikatakan bahwa fenomenologi Heidegger itu memerlukan relasi intensional antara subjek dan objek.
Eksistensialis Heidegger itu berisi kritik atas “ada” menurut Aristotelian dan Kantian. Ia juga mengkritik dualisme ala Descartes, menurut Heidegger kenyataan subjek itu harus terlibat dengan dunia, lalu subjek harus tersibak di dalam kegiatannya di dunia (fenomena). Di dalam pemikirannya ia membedakan “ada” itu menjadi 2, yaitu : Being, dan Dasein. Being adalah sesuatu itu ada, namun ada itu tidak bisa mempertanyakan being yang lain. sedangkan dasein adalah sesuatu itu ada, unik, dan bisa mempertanyakan dan memahami diri sendiri. Menurut Heidegger itulah dasar dari ontologi. Maka dari itu Dasein menurut Heidegger harus bereksistensi, maksudnya Dasein itu harus menyadari bahwa ia berkaitan dengan dunia. Keterkaitan itu disebut oleh Heidegger sebagai “Dealings/Keterlibatan”.
Heidegger menjelaskan ada otentisitas antara Das Man dengan Dasein. Das Man adalah keadaan dimana seseorang merasa nyaman/ketergantungan di dalam suatu kelompok. Menurut Heidegger individu di dalam itu tidak akan bisa mengaktualisasikan dirinya sendiri ketika ia berpisah dari kelompok, karena ia hanya berada di dalam bayang-bayang kelompok tersebut. Menurut Heidegger ada 3 otentisitas dari Dasein, yaitu : Existence (menyadari bahwa individu mempunyai “possibility), Facticity (keterlemparan di dalam dunia yang “asing”), Falleness (manusia harus terjatuh atau mengalami regresi). Menurut Heidegger hal itulah yang membuat Dasein bisa bereksistensi, maksudnya adalah dikarenakan oleh 3 otentisistas Dasein tersebut, maka terjadi sebuah ketakutan, keterasingan, dan ketidaktahuan manusia akan apa yang akan terjadi. Sehingga setiap manusia berusaha untuk bereksistensi selama manusia masih hidup.
Jadi, Heidegger berusaha menjelaskan keberadaan (eksistensi) manusia dengan cara fenomenologi. Di dalam kehidupan kita tidak bisa melupakan Being atau Dasein yang lain, karena menurut Heidegger ada keterkaitan antara satu individu dengan dunia yang ditempatinya. Namun itu bisa tercapai apabila obyek juga membuka diri terhadap subyek, sehingga subyek bisa mengetahui.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar