Minggu, 01 April 2012


INGIN KU MEMELUKMU

Ingin ku memelukmu di malam ini
ketika waktu telah habis untukku
dan alam telah mau lagi menemani kesendirianku

ingin ku memelukmu di malam ini
saat kau tertidur lelap, dan aku hanya bisa melihat
karena kata ini tak mau terucap

ingin ku memelukmu malam ini
ketika dingin menyengat
dan kulit ini tak sanggup menahan

ingin ku memelukmu malam ini
ketika sang fajar datang
dan aku tak bisa lagi melihatmu lagi

Minggu, 08 Januari 2012

ERA SEPAKBOLA “HASIL”

            Ketika kita menonton sebuah pertandingan pasti ada tim yang kalah, ataupun menang tapi ada juga yang akhirnya seri. Begitu juga dengan sepakbola. Sepakbola sebagai salah satu olahraga yang paling banyak diminati oleh manusia di seluruh dunia menjadi tayangan yang paling ditunggu oleh seluruh manusia. Apalagi jika sebuah tim kesayangan yang sedang bermain, pasti pertandingan itu akan ditunggu walaupun itu bertanding hingga dini hari.
            Namun sayang, pertandingan sepakbola saat ini sudah tidak terlalu menghibur seperti pertandingan sepakbola sewaktu zaman Franz Beuckenbauer, Pele, Ruud Gullyt, Zico Maradona, Zidane, Ronaldinho, dll. Pertandingan sepakbola saat ini sudah mulai melupakan sebuah keindahan dan seni dari terciptanya sebuah gol atau kemenangan di dalam sepakbola. Pasti kita ingat bagaimana Rene Huguaita, seorang penjaga gawang kolombia menyelamatkan gawang dengan cara melompat dan membentuk tubuh seperti kalajengking, atau bagaimana Maradona melewati 7 orang pemain Inggris dan membuat gol atau gol “tangan tuhan” yang dibuat juga oleh Maradona. Dan masih banyak lagi kejadian-kejadian yang bisa dikatakan bahwa sepakbola bukan hanya sebagai olahraga semata, tetapi sebagai sebuah keindahan.
            Sepakbola saat ini sudah menjadi lahan bisnis yang membuat sebuah tim diharuskan untuk menang dengan cara apapun. Apalagi dengan adanya judi bola yang membuat hasil sebuah pertandingan seperti sudah diatur oleh sebuah kelompok. Seperti isu final Piala AFF antara Malaysia vs Indonesia yang digosipkan bahwa ada pemain timnas yang dibayar agar Indonesia kalah saat itu, walaupun kebenarannya sampai saat ini masih dipertanyakan atau memang ditutup-tutupi. Permasalahan-permasalahan seperti itulah yang akhirnya membuat sang pelatih mau tidak mau membuat strategi pragmatism atau lebih mengedepankan hasil, tidak seperti apa yang dilakukan Belanda dulu dengan total footballnya, Brazil dengan sepakbola Samba, ataupun Inggris dengan Kick n Rushnya. Sepertinya hal-hal itu mulai dilupakan sedikit demi sedikit.
            Sepakbola bisnis sudah membuat zaman baru di dalam sepakbola saat ini yaitu era sepakbola hasil atau lebih tepatnya sepakbola yang mengedepankan hasil dari sebuah pertandingan walaupun itu menang tipis. Seorang pemilik tim seperti Roman Abramovich tidak akan segan-segan memecat pelatihnya apabila Chelsea kalah tanpa melihat apa yang sedang sang pelatih itu bangun dan buktinya Chelsea menjadi tim setengah-setengah, yaitu setengah bagus tapi juga setengah jelek. Bahkan seorang Sir Alex Ferguson pun saat ini lebih suka bermain bertahan dan melakukan serangan balik daripada membangun serangan seperti yang ia lakukan ketika MU mendapatkan treble winner. Memang itu adalah sebuah strategi, tapi bukankah lebih bagus sebagai tim yang “besar” MU membangun sepakbola indah seperti dulu. Dan akhirnya yang semakin merusak sepakbola saat ini adalah sepakbola dan uang sudah menjadi satu. Tanpa mempunyai uang sebuah tim tidak akan mendapatkan gelar, dan tanpa gelar juga sebuah tim tidak akan mendapatkan uang.
            Sebuah kebudayaan kapitalisme mulai masuk ke dalam sebuah olahraga, yaitu sepakbola. Dan itu memang terbukti terjadi sampai saat ini, sehingga sebuah sportivitas atau fair play menjadi sebuah omong kosong belaka, buktinya banyak terjadi diving yang sering dilakukan para pemain agar mendapat keuntungan di dalam sebuah pertandingan. Apakah mungkin hal ini akan berubah di tahun-tahun yang akan mendatang ? mari kita lihat nanti, apakah era sepakbola masih menjadi era sepakbola “hasil”, atau menjadi era sepakbola “keindahan” ? tidak ada yang tahu, selain kebudayaan manusia saat itu.