Minggu, 25 Desember 2011

Alam Semesta dan Ke-Tuhan-an (Al-Ghazali dan Ibn Rusyd)

1. Al-Ghazali
Sebagai seorang yang terpengaruh oleh ajaran Plato, ia menolak bahwa alam ini kekal, dan ia juga menolak tentang emanasi (pencahayaan keluar). Al-Ghazali benar-benar tidak percaya bahwa penciptaan itu berasal dari “ketiadaan” menuju “ada” (creation ex nihilo).
Kritik Al-Ghazali terhadap filsafat hanya sebatas mempergunakan akal semata-mata, dank arena itu jugalah Al-Ghazali mengkhawatirkan pemikiran Al-Farabi dan Ibn Sina akan merusak keimanan umat Islam. Menurut Al-Ghazali Tuhan itu transeden, namun kemauan (iradat) Tuhan adalah immanent dan merupakan sebab hakiki dari segala kejadian.

2. Ibn Rusyd
Ibn Rusyd adalah orang yang terpengaruh oleh Aristoteles, dan ia menganggap bahwa Tuhan sebenarnya tidak tahu apa yang yang menjadi perincian juziyat. Aristoteles menggambarkan Tuhan sebagai kehidupan yang abadi, sempurna dari segala jurusan dan sudah puas dengan kesempurnaan zatNya sendiri.
Pemikiran selanjutnya tentang alam semesta menurut Ibn Rusyd adalah alam itu tanpa permulaan. Jadi menurutnya ada 2 yang azali yaitu Tuhan dan alam. Namun ke-azali-an Tuhan lebih utama dibandingkan dengan ke-azali-an alam. Dengan kata lain Tuhan memancarkan sinar (emanasi) kepada alam dan akan terus begitu.

3. Penutup
Menurut saya sebenarnya kedua pemikir tersebut mempunyai nilai kebenaran. Permasalahan seperti ini adalah permasalahan klasik. Al-Ghazali sebagai pengikut Plato berpendapat alam ini tidak kekal, dan alam hanya sebuah bayangan saja (sama seperti pemikiran Plato). Sedangkan Ibn Rusyd berpendapat bahwa ala mini kekal, dan tidak terdapat permulaan (condong ke Aristoteles).
Memang sulit untuk membahas alam dan Tuhan, karena menurut saya sampai kapanpun manusia ia tidak akan sampai pada pemikiran Tuhan dan penciptaan alam itu sendiri, walaupun sudah banyak teori tentang Tuhan dan alam.
Apabila saya harus memilih saya lebih setuju kepada siapa, saya tidak akan memilih keduanya, karena menurut saya Tuhan itu ada yang tiada, namun ia tiada yang ada. jadi maksudnya Tuhan itu ada selama kita ada sebagai orang yang mengimani-Nya, dan tidak ada, karena kita tidak bisa melihatnya, namun bisa merasakannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar